Wuku Mandasiya
Pawukon ke-14
Wuku Mandasiya
Wuku Mandasiya mengambil nama dari anak Prabu Watugunung dan Dewi Sinta. Raden Mandasiya adalah saudara kembar dari Raden Langkir, dan terhitung anak nomor dua belas
Penggambaran Wuku Mandasiya:
Raden Mandasiya (kiri) menghadap Batara Brahma
Pohon Asem menggambarkan dapat untuk berteduh dan berlindung
Burung Pelatuk Bawang menggambakan watak yang mempunyai pendirian yang kuat dan tidak sabaran.
Gedhong ada di depan menggambarkan bahwa hemat atas rejeki yang diperoleh
(karya herjaka HS)
Ciri-ciri wuku Mandasiya adalah sebagai berikut :
-
Dewa yang menaungi wuku Mandasiya adalah Batara Brahma
-
Kelebihannya: mempunyai pendirian yang teguh dan kuat, dapat menjadi pelindung bagi orang-orang yang sedang susah. Cepat dalam bekerja, dan hemat dalam menggunakan hasil dari pekerjaannya. Penderma, terutama kalau dipuji. Keberuntungannya, murah rejekinya.
-
Kekurangannya: cepat marah dan pendendam.
-
Bencananya: terkena benda tajam atau terkena api
-
Hari naas: tidak jelas.
-
Hari baik: Sabtu Wage
Untuk mencegah agar terhindar dari celaka perlu mengupayakan slametan. Caranya adalah membuat sega abang (nasi merah) sapitrah (3,5 kg) diliwet/dimasak dengan cara di-dang (memakai kukusan), lauknya daging ayam merah dan bayam merah, kembang setaman dan uang receh disertai doa keselamatan.
Selain itu, setelah slametan, selama 7 hari yang bersangkutan tidak boleh memanjat, karena letak Kala ada di atas.
0 komentar:
Posting Komentar